Meskipun di beberapa kalangan masyarakat, nasi merupakan pilihan utama sebagai makanan pokok, sedangkan singkong masih menjadi pilihan alternatif pengganti nasi. Namun agi saya keberadaan singkong memiliki kesan tersendiri, hidangan sederhana, murah meriah dan mengenyangkan.
Kedua orangtua saya setiap minggunya selalu menyempatkan ke pasar untuk membeli palawija yang nantinya sebagai teman minum teh saat santai di rumah, kadang beli kacang tanah, tapi seringnya beli singkong. Katanya, kalau makan singkong jadi ingat zaman kecil beliau, jadi nostalgia. Beliau juga selalu bilang pada saya untuk membiasakan makan yang dari alam, karena lebih sehat, tidak ada pewarna maupun pengawaetnya.
Saat itu, saya malah melihat sambil lalu saja ketika singkong kukus tersaji di atas meja, tapi lama-kelamaan jadi ikutan coba mengincip karena di rumah tidak ada lagi cemilan untuk dimakan. Eh, pertama kali saat mencoba malah tidak ada rasanya, hambar, mungkin lidah saya belum terbiasa. Lama-kelamaan, saya mulai menyukai rasa manis yang keluar dari singkong ketika mengunyah secara perlahan-lahan, meskipun ada cara lain untuk mendapatkan rasa manis yaitu dengan cara dicocol dengan gula pasir.
Selain dikukus, saya suka juga mengolahnya dengan cara digoreng, diberi bumbu bawang putih dan garam, membuat rasanya semakin gurih, makan beberapa potong sudah kenyang.
Olahan dari Singkong
Oiya, bicara soal perut dan bikin kenyang, singkong termasuk penolong bagi perut saya yang cukup sering terkena mag. Kalau sudah kena mag, biasanya tidak selera makan nasi karena bikin mual, padahal saya harus minum obat (sebelum dan sesudah makan), mau tidak mau harus makan, agar perut tidak “kosong”. Memilih singkong rebus karena lebih “ramah” di perut dan juga lembut ketika dikunyah.
Tidak hanya konsumsi saat sakit saja, saya kerap mencari olahan singkong lainnya untuk variasi menu sehari-hari, akhirnya jatuh cinta dengan makanan yang bernama tiwul, cocok sebagai pengganti nasi yang memiliki rasa manis dari gula jawa, meskipun tiwul identik dengan makanan khas dari Jawa Tengah, namun di Sidoarjo, Jawa Timur tidak susah untuk mencari makanan yang merakyat ini.
Tiwul dan Inovasinya
Perjalanan rasa untuk menikmati olahan dari singkong memang gampang-gampang susah, ada beberapa hal yang membuat tertarik untuk mengkonsumsi tiwul yaitu dari segi tekstur, krinyil-krinyil di mulut, sedikit kenyal dan tidak terlalu lembek, jadi saat makannya ada sensasi tersendiri, kemudian rasa manis yang dihasilkan dari perpaduan gula jawa, manisnya tidak terlalu kuat, lembut jadi tidak bikin eneg meskipun dinikmati berkali-kali, apalagi ditambah parutan kelapa menambah rasa gurih.
Sekarang ini, tiwul sudah mengalami inovasi dengan tambahan rasa, seperti cokelat, rasa pandan dan lainnya, namun produk yang memiliki bermacam-macam rasa, kurang cocok jika disandingkan dengan lauk, lain halnya tiwul yang memiliki rasa plain atau original merupakan produk yang paling cocok untuk teman lauk-pauk. Selain inovasi dari segi rasa, tiwul sekarang sudah ada yang instan, daya tahannya bisa lebih lama sehingga dapat dikirim ke berbagai kota dan cara memasaknya juga mudah. Tiwul tak lagi ketinggalan zaman, banyak pelaku usaha yang memanjakan para pecinta tiwul ini, bisa dimakan sebagai kudapan maupun sebagai pengganti nasi. Dalam keseharian, saya lebih suka yang tiwul original karena bisa menjadi variasi untuk pengganti nasi, sesekali membeli tiwul aneka rasa sebagai cemilan, teman minum teh. Namun, saya tidak melupakan singkong kukus dan goreng, keduanya sudah menjadi salah satu pilihan cemilan kesukaan saya yang murah meriah.
Singkong, Makanan Untuk Semua Kalangan.
Saya kerap mendengar jika singkong masih mendapatkan label makanan kampung atau makanan jadul. Padahal menurut saya, bahan baku yang sering dijumpai ini mudah sekali untuk diolah, dengan bumbu tambahan yang sederhana seperti bawang putih, sudah menjadi sajian yang sedap.
Sejalan dengan berjalannya waktu, banyak masyarakat yang melihat potensi untuk memanfaatkan olahan singkong menjadi kuliner yang kekinian. Saya masih ingat, ketika menonton acara kompetisi memasak di televisi, saat itu tantangannya menyajikan ketela pohon seperti menu di restoran bintang 5. meskipun penyebutan nama menunya susah diucapkan, penampilannya membuat terheran-heran, kesan “mahal”nya dapat banget, dan membuat saya penasaran dengan rasanya. Dengan inovasi, ketela pohon bisa naik level, mampu menjadi primadona di berbagai kalangan, tua maupun muda.
Tidak heran jika makan singkong itu mengenyangkan, karena dalam 100 gram singkong, terkandung 110-150 kalori, bisa dikatakan singkong merupakan salah satu makanan yang bermanfaat sebagai sumber energi. Selian itu, kaya akan karbohidrat kompleks dan serat. Sudah tahu atau belum, jika kedua nutrisi tersebut berfungsi untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan, dan masih banyak lagi manfaatnya untuk tubuh. Jika membaca referensi lainnya, di dalamnya juga terkandung vitamin C, vitamin A, dan beta-karoten yang memiliki manfaat sebagai antioksidan dan berfungsi sebagai meningkatkan daya tahan tubuh.
Tak kalah dari umbinya, daun singkong juga memiliki banyak manfaat. Di dalamnya terkandung protein dan tinggi serat, bermanfaat untuk menjaga kesehatan pencernaan dan membantu produksi hormon dan enzim yang dibutuhkan oleh tubuh. Tentu saja, makannya juga diimbangi dengan sayuran, lauk-pauk dan lainnya sehingga gizi seimbang terpenuhi.
Hasil Pangan Dari Hutan.
Saya mendapatkan cerita dari mulut ke mulut, jika penduduk sekitar lereng gunung memanfaatkan lahan untuk ditanami singkong sebagai pengalihan atau solusi dari mata pencaharian sebelumnya, daripada warga sekitar hanya mencari kayu di hutan dan jika dilakukan secara terus – menerus, pelestarian hutan akan terganggu, jadi penggarapan lahan untuk budidaya singkong merupakan salah satu solusi bagi warga sekitar untuk mengerjakannya sebagai mata pencaharian utama, karena tanaman tersebut memiliki nilai ekonomi yang tinggi, daunnya bisa dimasak untuk sayur, batangnya bisa ditanam kembali sebagai bibit, bahkan dengan kreativitas, bisa dijadikan souvenir dengan harga jual yang tinggi. Umbinya yang merupakan makanan dari hutan yang banyak dimanfaatkan dengan beragam cara pengolahan atau bisa juga diolah menjadi tepung yang juga memiliki banyak kegunaan.
meskipun tempat tinggal saya jauh dari dataran tinggi, namun saya juga memahami jika terdapat penduduk di suatu daerah akan memunculkan beragam kepentingan, salah satunya ketersediaan bahan pangan. Jika dibandingkan, penduduk di dataran rendah memiliki kemudahan akses untuk memperoleh sumber makan. Beda jika bermukim di dataran tinggi, hutan menjadi sumber makanan, jika tidak dikelola dengan baik, antara kepentingan manusia dengan pelestarian hutan akan menjadi masalah yang pelik dan menimbulkan dilema.
Dengan beragam kepentingan ini memang perlu melihat dari beragam sudut pandang, memahami peraturan akan perlindungan hutan, semisal memahami perbedaan antara kawasan konservasi hutan, kawasan hutan produksi serta memahami peraturan yang mengikat tentang kawasan hutan tersebut.
Saya juga sering membaca tentang WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia), yang memang concern terhadap lingkungan hidup dan sering memberikan ruang untuk diskusi publik maupun memberikan konsep akan tatanan masyarakat berjalan selaras dengan sumber-sumber kehidupan dan lingkungan hidup yang sehat dan berkelanjutan.
Kenal, Cintai dan Sebarkan.
Tak kenal maka tak sayang, memang peribahasa yang tak lekang oleh waktu. Singkong yang merupakan salah satu sumber pangan dari hutan , ternyata dulunya saya tidak tertarik namun karena penasaran, akhirnya saya mulai mencoba dan sering melakukan pencarian menu olahan singkong dari satu ke menu yang lainnya, cintai dan kenali, kemudian sebarkan kebaikan hasil pangan dari tanah Indonesia.
Dengan banyaknya inovasi pengolahan singkong jadi makanan dengan rasa beragam, mulai dari rasa manis, gurih hingga pedas dan juga memiliki beraneka taburan yang menunjang rasa agar animo masyarakat terhadap singkong semakin tinggi, begitu juga dengan harapan saya juga ikut tinggi, setidaknya seminggu sekali singkong disajikan di rumah masing-masing, setiap hari ada singkong malah lebih baik.
referensi :
https://www.alodokter.com/manfaat-singkong-bagi-kesehatan-serta-fakta-lainnya
https://www.alodokter.com/manfaat-daun-singkong-dan-resep-olahannya