Nggak tahu awal mula doyan berantem kapan dan kenapa, kalau ada teman yang godain, langsung aku pukul. Kalau ingat jaman masih kecil (Sekolah Dasar) mau ketawa aja. Seperti halnya anak kecil lainnya, berebut bangku saat les. Ada semacam geng kecil di kelas, aku dan keempat temanku. Saat itu sudah punya “musuh”, padahal si “musuh” ini nggak ada salah apa – apa sih, tapi ya gitu, genit, terlalu lemah gemulai, sama teman cewek lainnya sangat judes, tapi kalau sama teman cowok lembut banget. Nah, gara – gara itu maka aku dan teman geng selalu saja ada gesrekan, masalah kecil aja sudah ada pertengkaran kecil, dari yang adu mulut, cakar – cakaran hingga pertengkaran yang beberapa kali harus diselesaikan di kantor BP. Meskipun doyan berantem, tapi nggak mempengaruhi nilai rapor.
Selain berantem di sekolah, ada kejadian yang nggak pernah bisa lupa. Masih sekitar cerita berantem, tapi kali ini berantem dengan tetangga, lebih tepatnya tetangga depan rumah. Seperti biasan, malam minggu dihabiskan untuk main. Tahu kan permainan “sedang apa” yang nyanyi – nyanyi bersambung, dilakukan oleh dua kelompok, awalnya sih sangat asyik dan seru. Entah kenapa, tetangga depan bikin jengkel (nggak tahu masalahnya apa), aku nggak mau kalah, terjadilah adu mulut hingga aku menangis, terus pulang dan mengadu ke orangtua. Krena nggak puas dan merasa aku disalahin padahal aku merasa benar, akhirnya aku labrak ke rumah dia, eh temanku malah lari ketakutan dan nangis karena dikejar aku. Mendengar tangisan yang keras, akhirnya Bapakku buru-buru melerai aku, terus menggendong aku untuk ke warung, beli es krim agar aku tenang. Huahahah.. nggak tahu kenapa, waktu kecil kok keras kepala banget, meskipun sekarang sih iya