lebih bijak untuk memilih skincare |
Selain make up, hal yang tidak kalah pentingnya adalah skincare. Setiap hari bergelut dengan debu, polusi, sinar matahari, make up, sangat perlu menjaga kesehatan kulit wajah agar tidak timbul masalah kulit wajah seperti penuaan dini, jerawat dan masih banyak lagi. skincare rutin tergantung dengan kondisi kulit wajah yang kita miliki.
Tapi, apakah kita sudah mengenali produk skincare yang kita beli? Sudah tahu bahan – bahan yang terkandung di dalamnya? Atau hanya sekedar ikut – ikutan trend skincare yang sedang viral atau booming saja?
Berawal dari rasa penasaran, sebenarnya skincare yang bagus itu seperti apa? Apakah skincare alami benar – benar alami atau hanya sekedar tempelan “alami” saja? Bagaimana Do and don’t saat memilih skincare? Dan rasa penasaran lainnya, apalagi jika membaca bahan – bahannya, nampak terasa asing, apa itu bahan yang berbahaya atau tidak, jadinya saat mengetahui Beautisquad mengadakan opcan alias ngopi cantik “Mengupas Mitos dan Fakta Seputar Skincare” dengan pemateri Kak Kamilia yang memiliki blog insommia.net , langsung daftar.
Kak Mia menjelaskan tentang produk natural dengan produk yang menggunakan bahan kimia. Nggak semuanya produk natural itu aman dan nggak semuanya produk yang memiliki bahan kimia itu berbahaya. Makin penasaran dong ya, cara yang paling mudah untuk membayangkan nih, contohnya adalah water yang pastinya ada di kandungan toner, moisturizer, lotion, dll. Water itu natural, aman dipakai selama tidak mengandung bau, rasa dan warna yang aneh. Namun, water memiliki nama lain, dalam ilmu kimia H20. Jadi nggak bisa dibilang natural itu nggak ada bahan kimianya.
Sebuah contoh lagi, produk skincare yang sering kita pakai yaitu sunscreen, bahan yang terkandung adalah titanium dioxide dan zinc dioxide, namun pada kenyataannya kedua bahan tersebut diproduksi di pabrik dalam bentuk sintetis, dan terbukti aman. Dan sebenarnya di alampun ada kedua bahan tersebut, namun tidak safe kalau dicampur sebagai bahan skincare karena beracun.
Maka dari itu perlu berhati – hati dalam memahami bahan – bahan dari suatu produk, tidak selamanya bahan alami itu safe dan tidak selamanya bahan kimia itu berbahaya.
Contoh lain yaitu silicon, yang banyak menganggap itu merupakan bahan yang berbahaya. Bahwa kita juga harus tahu, ada jenis silicon yang berbahaya ada pula silicon yang aman. Misalnya Dimethicone itu merupakan jenis silicon terbaru yang aman dan tidak membuat pori – pori kita tersumbat.
Yang paling hangat dibicarakan adalah paraben, bahan ini banyak dibicarakan karena sebagai penyebab kanker payudara. Sempat diberitakan bahwa paraben sebagai reseptor estrogen yang bisa mempengaruhi hormone wanita. Estrogen ini dikaitkan sama penelitian kanker payudara dan ketidakmampuan wanita melakukan reproduksi. Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian pada tahun 2004 yang terkait dengan kanker payudara, di mana katanya di jaringan di dalam payudara ditemukan paraben. Padahal sebetulnya jumlah paraben yang ditemukan sedikit banget. Kalau teman – teman ingin mengetahui tentang penelitian, coba deh follow @labmuffinbeauty di situ juga membahas tentang paraben.
skincare alami, aman tidak ya? |
Di Indonesia, kebanyakan produk memakai ethylhexylglycerin, phenoxyethanol, dan DMDM hyantoin untuk bahan pengawet kosmetik ataupun skincare. Sampai sejauh ini, paraben termasuk yang paling aman, karena sudah dari dulu, dari tahun tahun sebelumnya, kasus alergi atau kasus yang membuat paraben berbahaya itu sangat sedikit.
Phenoxyethanol itu dilarang di beberapa negara dan kemungkinan alergi yang timbul itu rasionya lebih besar ketimbang paraben.
DMDM hyantoin itu bahan pengawet yang merupakan jenis formaldehyde, dalam artu, ketika ada bakteri hinggap di skincare, DMDM berfungsi sebagai antimikroba yang akan membunuh bakteri. Walaupun sampai detik ini masing dianggap aman (kalau tidak salah kadar yang aman dipakai adalah 0.2%), kemungkinan kulit kita iritasi itu jauh lebih besar ketika menggunakan produk dengan bahan pengawet DMDM. Itu sih kata Kak Mia yaaa.. sebagai bahan diskusi, mungkin teman – teman memiliki referensi lain.
Agar wawasan kita lebih mendalam, bisa cari jurnal atau rilisan sebuah penelitian dari suatu lembaga yang berkompeten, seperti BPOM, ada juga lembaga dari luar negeri yang bisa jadi referensi. CIR (Cosmetics Ingredients Review), salah satu lembaga terpercaya yang didirikan di Amrik atas inisiasi beberapa brand kosmetik, ngerilis info kalo DMDM hyantoin, phenyoxyethanol, dan paraben aman selama memenuhi standar safety-nya mereka.
Salah satu mitos nih, yaitu Petrolatum dan petroleum jelly, mineral oil seringkali dianggep berbahaya dan bisa bikin clogged pores. Orang pada takut karena disebut-sebut kalau mineral oil dan petrolatum itu berasal dari petroleum. Petroleum itu cairan yang ditemukan di bawah batu sedimen, biasanya dipake untuk bahan bakar mobil (bensin) dll. Tapi petrolatum atau mineral oil yang dipake di skincare itu hasil distilasi, dan kalo misal ternyata produsen membeli mineral oil dan petrolatum yang diproses purifikasi terbaik, sebetulnya itu bahan yang tidak akan bikin clogged pores. Nah, apabila kita menggunakan produk yang mengandung bahan tersebut dan mengakibatkan jerawat, bukan berarti petrolatum yang menyebabkan jerawat, bisa jadi memang pori – pori sudah tersumbat karena kotoran atau polusi, atau bisa jadi produk petroleum yang dibeli bukan dari distilasi yang terbaik.
Yang terakhir tentang mitos atau fakta yaitu bahan anti aging. Sering banget kan denger liquid gold dan collagen selalu diiklankan sebagai bahan antiaging, padahal salah kaprah. Nah loh, kenapa? Hal ini dimulai ketika tren mengawinkan unsur metal ke skincare, tim marketing ngelaunch tren ini supaya pada banyak yang beli, dan sudah ada penelitian copper-peptide sendiri memang salah satu bahan menjanjikan untuk antiaging. Collagen ada istilah yaitu hydrolyzed collagen. Jadi intinya sih itu berupa collagen yang dipecah pecah lagi hingga jadi molekul terkecil. Dalton rule itu salah satu cara yang bisa dipakai untuk menentukan apakah suatu bahan itu skincare atau drug (obat) yang bisa jadi skincare. Jika di bawah 500 maka sifatnya drug, kalo di atas 500 maka itu skincare.
Cara cari taunya gimana? Cari massa molekulnya (molecule weight). Setahuku salicylc acid di kisaran seratusan, jadi itu sifatnya bisa jadi drug, makanya tidak disarankan buat ibu hamil. Sementara collagen itu dikisaran molecular weight 80-12 kD, jadi kira kira ribuan sampai puluh ribuan. Jika dipikirkan secara logika, bagaimana collagen bisa membantu untuk antiaging padahal nembus ke lapisan kulit teratas, tidak bisa? Menurut kak Mia, cenderung nyebut collagen sebagai humektan, cuma bisa bikin kulit jadi lebih moist.
Sementara salicylic acid, berhubung dia bisa jadi drug, maka sangat mungkin bisa menembus ke pori-pori terdalam, dan membantu melakukan eksfoliasi dari bagian dalam kulit
Banyak banget kan ya yang belum kita ketahui. Ada beberapa sesi tanya jawab, berhubung ini postingan sudah seribu lebih kata, takutnya pada bosan. Aku ambil beberapa ya, jadi ada yang tanya, bagaimana jika kita sebagai beauty blogger harus mereview skincare, gimana nih cara menyampaikan ke audience, tahu sendiri dong kalau udah dijelaskan kalau paraben itu aman, dan bagaimana menyampaikan kalau produk yang kita review adalah produk yang aman.
Kak mia menjawab : Kalo aku biasanya diperhalus kata katanya, misal: “walaupun no paraben, sebetulnya paraben sejauh ini masih dianggap safe kok. Kecuali kalau kamu alergi paraben, maka sebaiknya hindari produk mengandung paraben” Jadi aku selalu nyebut, kalo kamu nggak ada alergi sama bahan tertentu, sebetulnya ini safe. Tapi brand A dengan judul X itu memang tidak memakai bahan Y sama sekali. Jadi jika concernmu adalah produk tanpa bahan Y, maka kamu bisa mempertimbangkan membeli brand A.
Dan pertanyaanku yang aku ajukan sangatlah ringan, yaitu tentang chemical peeling, sebenarnya yang paling aman tuh dipakai berapa kali dalam seminggu, karena ada chemical peeling yang mengatakan aman untuk digunakan setiap hari, atau lebih baik pakai masker untuk peeling?
Kak mia menjawab : Kalau sesuai anjuran itu sekitar 2-3x seminggu. Tapi aku pake lactic acid yang TO sama serum X FSS hampir tiap hari, selang seling, karena tau kalo dua duanya mild dan kulitku bisa ngetolerir. Kalau yang tiap hari aku pikir kayaknya saking mildnya dia bisa dipake. Pas berjerawat justru bakal lebih cepet pulih pas pake chemical peeling. Di awal sebel sih pasti gara gara jerawat nambah banyak banget. Tapi jadi lebih cepet diganti kulit baru. Dua duanya safe selama kulitnya nggak ngalamin overeksfoliasi. Aku pake clay mask sekitar 1-2x seminggu berbarengan sama chemical peeling sejauh ini aman.
Semoga bermanfaat yaaa.. dibacanya pelan – pelan biar paham, kalau ada yang ditanyakan langsung aja ke kak Mia.