Apa yang Tuhan berikan (fisik) maka saya jaga dan rawat, khususnya wajah. Saya melakukan perawatan, menggunakan produk maupun ke klinik kecantikan, bukan hanya merawat wajah dengan wudhu saja. Tidak melulu dapat produk endorse, saya nggak ragu untuk mengeluarkan duit untuk diri sendiri.
Melakukan perawatan (khususnya wajah) bukan untuk memikat hati laki-laki (hmmm… mungkin dulu pernah memiliki niat seperti itu), tetapi melakukan perawatan lebih ke kepuasaan batin. Selain itu, sebagai bentuk ikhtiar untuk menjaga diri secara fisik, tidak medzolimi diri sendiri (no rokok, alkohol, semacamnya). Ini hanya opini saja, Saya tahu, jika untuk punya “tabungan” di akhirat, harus diisi dengan pahal, dan kebaikan lainnya.
Kita diciptakan dengan penuh cinta, meskipun ketika menjalani kehidupan mengalami banyak kesulitan, saya ingin sekali kembali kepadaNya dalam keadaan baik, secara lahir maupun batin.
Sudah perawatan ini itu, tapi kok biasa saja, nggak berubah kayak member Twice, Red Velvet, Blackpink, dll. Ya gimana ya…
Tenang, nggak kalian saja yang merasa biasa-biasa saja. Saya pun begitu, tapi bukan sebagai salah satu insecure, ada beberapa hal yang membuat saya menerima sesuatu yang biasa-biasa saja pada diri saya.
Berikut alasan saya pantang mundur skinkeran meskipun wajah biasa-biasa saja :
- Saya punya duit. Ya terserah saya mau beli skincare, beli cilok, beli tahu gejrot, beli pecel atau beli omongan tetangga yang julid. Setiap orang memiliki hobi atau hal yang disukai. Suka skinkeran ya karena suka aja, seneng explore bahan, suka dengan tekstur, suka dengan kemasan yang cantik, suka dengan pengalamannya, suka suka dan suka.
- Perawatan wajah adalah sebuah proses. Bagi saya, merawat wajah itu sebuah proses yang nggak akan pernah berhenti kecuali sudah tutup usia. Saya pernah mengalami perjuangan melawan jerawat kemerahan kemudian menghilang, seneng banget dong. Ternyata permasalahan wajah saya nggak hanya sampai di situ. Saya pernah mengalami glowing, tapi itu bukan akhir dari rangkaian proses, oke glowing tapi nanti akan perawatannya juga, bukan berarti sudah glowing langsung stop skincarean. Kulit wajah mengalami perubahan, kulit di usia 17 tahun pasti keadaannya tidak sama ketika sudah berusia 30an, maka perlu penanganan yang berbeda, tidak hanya karena faktor usia, bisa saja faktor gaya hidup, lingkungan, dll.
- Perkembangan dunia skincare yang nggak ada habisnya, malah membuat saya penasaran. Saya suka explore bahan utama dari banyak produk skincare, dulu pernah hitz bahan utama dari lendir siput, semakin ke sini semakin banyak bahan kandungan yang bikin saya kagum. Cocok atau nggak, urusan nanti, yang penting saya ingin merasakan pengalaman mencoba bahan yang belum saya pakai.
- Ilmu semakin bertambah. Nggak dipungkiri karena rasa penasaran, saya akan membaca tentang bahan tersebut, manfaat, fungsi, kelebihan, kekurangan, cocok untuk jenis kulit apa, sehingga semakin banyak ilmu yang saya dapat. Jadi, kalau ada bahan yang nggak cocok di kulit, bisa menjadi peringatan buat saya apakah bahan utama, kondisi kulit, atau bahan penunjang lainnya yang membuat kulit saya break out. Semakin diulik semakin asyik.
- Memiliki peluang untuk kerjasama dengan brand. Ingat ya, opsi ini saya taruh diurutan kesekian, karena yang saya dahulukan karena saya memang suka skinkeran, ketika dapat peluang kerjasama dengan brand merupakan bonus, bonus yang menggiurkan.
- Meningkatkan semangat kerja. Saya nggak anti produk skincare yang murah, tapi nggak menutup mata jika harga produk skincare tidak murah. Semangat kerja!
- Dulu, saat usia 20an, saya pernah terobsesi ingin putih seperti orang Jepang, bukan bermaksud rasis, karena saat itu produk kecantikan didominasi oleh produk Jepang, kulit seputih mutiara dan lain sebagainya. Mulai dari pakai hand body hingga krim wajah yang bikin putih. Untungnya saat itu saya pernah mendengarkan sebuah obrolan, kalau nggak salah satu seminar tentang kesehatan wajah, kalau kita tuh sudah terdoktrin kalau cantik itu putih, padahal wanita Indonesia beragam. Tone warna kita yang paling cerah adalah bagian dalam lengan, semaksimal apa kita berusaha, paling mentok ya secerah itu, nggak bisa seperti mbak-mbak korea. Kalaupun dipaksa, diusahain, ya harus diawasi oleh dokter spesialis, jangan asal pakai produk, meracik atau minum pil apalah itu. Selain diri sendiri yang sudah menerima apapun bentuk fisik kita, self love, tapi bakalan terbentur jika masyarkat masih terdoktrin kalau putih itu cantik. Jangan pernah lelah untuk mencintai diri sendiri.
- Hanya kamu yang bisa merasakan manfaatnya. Tipe kulit wajah setiap orang berbeda-beda, hanya dirimu yang kenal dan tau apa yang terbaik. Saya merasakan lebih lembap jika rutin pakai bahan tertentu, nah belum tentu orang lain bakalan punya pemikiran yang sama. Semua karena preskpektif. Kalau orang lain lihat kamu lebih segar, ya bersyukur. Kamu yang lebih tau apa yang terbaik untuk diri sendiri.
- Meratjuni dan mengedukasi. Sesama pecinta produk skincare, harus dan wajib untuk saling meratjuni produk yang bagus, lucu, baru, dan apapun itu. Sekaligus mengedukasi untuk lebih peduli terdahap diri, banyak loh produk lokal yang bagus, sebelum pakai produk tertentu, jangan lupa basic skincare dikuatin, ayo jangan putus asa untuk mengenali apa yang kulit (wajah) kamu butuhkan.
- Apa lagi ya, karena saya cantik dengan cara saya sendiri, dan cantik itu tidak ada standarnya. Saya cantik, kamu pun cantik dengan caramu.
Jangan lupa untuk re-apply sunscreen..