ngopcan |
Baru pertama kali nih ikutan ngopcan alias ngopi cantik yang diselenggarakan oleh beautiesquad. Kali ini tema #NGOPCAN5 adalah How to write a good beauty article bersama Grisselda Nirhadja dari beauty journal.
Sebagai blogger yang sering nulis tentang beauty, NGOPCAN kali ini wajib untuk diikuti, karena banyak nih yang pengin didiskusikan. Beberapa pertanyaan sudah aku siapkan sebelum NGOPCAN dimulai, meski ada pertanyaanku yang sudah terlebih dahulu ditanyakan oleh teman – teman, berarti persoalan yang dihadapi beauty blogger kebanyakan ya seperti yang aku alami😁, mulai dari ide, ambil sudut pandang dari suatu produk, hingga bagaimana sih mereview produk sehingga tidak mengesankan ingin menjatuhkan brand tertentu. Tahu sendiri dong ya, kalau beauty blogge pasti kebanyakan review produk dan nggak semua produk cocok dengan kita, lantas bagaimana sih menyikapinya?
tambahin gambar biar gak bosen😆😆 |
#NGOPCAN5 dimulai dari penjabaran materi dari Kak Griss. Mulai dari ide, siapa sih yang masih bingung mau nulis apa? Kadang mau nulis tapi bingung dengan bahan tulisan, stuck. Kak Griss menjabarkan kalau ide bisa dari mana saja, misalnya dari curhatan teman tentang produk lipstick, atau curhatan tentang produk kecantikan lainnya, bisa mencari ide apa yang sedang hitz saat ini, bisa dilihat di google trend atau bisa lihat di trending topic twitter. Kak Griss juga menyarankan kalau kita punya note untuk menyimpan ide – ide, kapan saja dan di mana saja saat terpikirkan ide untuk menulis, catat! Karena catatan akan berguna nantinya untuk bahan tulisan kamu.
Kemudian Kak Griss menjelaskan tentang struktur aticle. Umumnya beauty article memiliki tipe :
– produk rekomendasi
– Review
– Tips
– Tutorial
– Interview
Yuk, cek – cek dulu blogpost kita pastinya memiliki topic seperti di atas, apalagi review, pasti banyak banget nih tentang review produk andalan, sama halnya denganku. Tulisan yang ciamik juga harus didukung oleh foto sebagai pendukung, apalagi tentang review produk, agar pembaca kita nggak bosan karena hanya membaca tulisan.
Kak Griss menjabarkan tentang struktur tulisan nih, agar kita fokus dengan pembahasan. aku sendiri kalau nulis, kadang mbulet atau malah muter – muter aja tulisannya, mungkin karena kebanyakan curhatan ketimbang reviewnya. Nah, ini tipsnya dari Kak Griss agar tulisan kita terstruktur dan semoga pembaca semakin betah untuk baca tulisan kita.
semangat menambah ilmu untuk review produk |
Misalnya memiliki ide “Kesalahan pakai foundation”, tulis poin – poin yang akan diulas, dengan menggunakan poin – poin, akan memudahkan kita untuk menulis.
Misal: Kesalahan seputar aplikasi foundation
– Belum melakukan skin prep dengan baik
– Pakai foundation saat primer masih basah
– Menggunakan aplikator yang kotor
Nasihat dari Kak Griss, yang ia baca tulisan CMO dari agency luar,
Artikel yang bagus bisa buat pembaca:
– Belajar sesuatu
– Melakukan sesuatu
– Merasakan sesuatu.
Setuju doooong… yuk terus melatih tulisan kita.
Selanjutnya, sesi tanya jawab,
Ada Kak Ariani yang pengin tahu nih kesulitan yang dialami oleh kakak – kakak dari beauty journal untuk menulis sebuah konten.
Eh, udah pada tahu beauty journal? Yuk cusss langsung ke webnya, di sana banyak banget artikel hingga tips kecantikan, nggak hanya tema – tema kecantikan tetapi juga mengangkat tema seputar wanita, aku suka artikel tentang tutorial makeup, bisa menjadi inspirasi. Teman – teman bisa juga mengirimkan artikelnya, tetapi register dulu ya di beauty journal, kemudian kirim tulisan.
Untuk jawaban dari Kak Ariani, kesulitan yang dialami adalah mengolah satu topic dengan angle yang berbeda – beda, misalkan topic lipstick harus dibahas dengan angle yang berbeda, solusinya adalah dengan terus melatih dan peka terhadap apa yang sedang trend, maupun peka terhadap pembahasan orang – orang sekitar.
Untuk tulisan harus Be objective dan sebisa mungkin hindari statement terlalu judgemental.
Pertanyaan selanjutnya dari Kak Jenifer tan yang cukup banyak sih, tapi aku coba untuk menjelaskan secara garis besar. Pertanyaannya tentang bagaimana menuliskan suatu review yang ternyata produknya tidak cocok pada kita, kalau melihat ide dari orang lain, takutnya malah gaya tulisan atau anglenya kebawa sama tulisan kita, berapa komposisi maksimal kemiripan dengan tulisan lain? Kemudian jika disaranin melihat trend, apa tidak boleh menulis yang lain dari topic yang sedang hitz, tapi takutnya pembacanya hanya sedikit.
pakai produk yang kamu punya untuk direview |
Jawaban dari Kak Griss, kalau menuliskan produk, didiskusikan dulu dengan ahensi atau orang yang mengajak kerjasama, jika nantinya produknya tidak cocok dengan wajah kita, ya di depannya harus dibicarakan terlebih dahulu agar tidak grundel di belakang. Jika itu bukan bentuk kerjasama, meskipun produk tidak cocok usahakan tetap menggunakan bahasa yang sopan, dan kalau bisa mengapa tidak cocok, apakah dari kandungan bahannya, atau dari faktor lain.
Nggak apa kalau tidak menulis sesuatu yang sedang hitz, go for it. Kalaupun menulis yang sedang ramai diperbincangkan, usahakan ada unsur SEO, agar tulisan kita bertahan lama di Google dan banyak trafik secara natural atau pengunjung blog kita karena search niche tertentu di google.
Pertanyaan selanjut, dari aku sendiri😂😁😁, bertanya tentang tulisan seperti apa sih yang lolos di web journal beauty dan apakah ada reward untuk tulisan yang berhasil tayang?
Dan jawaban dari Kak Griss, Kriteria penulisan yang kami lihat adalah tulisan yang rapi (minim bahasa gaol/manjahhh), informatif (minimal bangettt 300 kata), relevan untuk pembaca BJ (yang mostly usianya 18 – 35), dan juga lengkap dengan gambar/foto pendukung.
Sekarang kami lagi develop sistem poin untuk reward di SOCO. Namun selain itu, artikel yang tayang di Beauty Journal bisa dapet exposure lebih ke pembaca kami. Yang terseleksi pun akan di-post di social media Beauty Journal sehingga bisa dibaca lebih banyak orang
tetap semangat! |
Pertanyaan dari Kartika D Aryani, apakah jika menulis di blog pribadi bahasanya harus sesuai dengan KBBI atau sesuai dengan bahasa sehari – hari?
Kalau untuk blog pribadi, bebas, karena sifatnya memang lebih personal. Kalau untuk BJ, karena media, semua penulis di tim editorial pakai kata-kata baku sesuai KBBI. KBBI sudah seperti best friend untuk ngecek kata bakunya apa. Hahaha… Baku, tapi nggak kaku yang njlemit kaya nulis jurnal ilmiah lah kalau di BJ. Penulisan beberapa kata nggak baku juga masih kami pakai kok, tapi tidak mendominasi.
Pertanyaan dari Riana yang sepertinya aku alami banget ya😁, mau review produk tapi kebentur duit. Dan tentang produk yang ingin direview, ternyata banyak banget yang sudah mereview produk tersebut, apa yang bisa kita lakukan?
Kata Kak Griss, sesuaikan dengan budget saja, nggak perlu memaksa untuk produk yang memang mihil di kantong. Sekarang banyak produk lokal yang kualitasnya sama seperti produk hig-end, dan ikut pelbagai komunitas, biasanya banyak tersebar undangan event yang produknya produk, nah bisa tuh dijadikan bahan review untuk blog.
Untuk review, mulai dari produk yang dipunya tentu gapapa, karena supaya bisa kasih review yang lebih in depth, sebagai penulis perlu beneran coba dan pakai produknya. Let’s start with what we have. Fokusin lebih ke cara mengemas review dan deliver informasinya biar lebih menarik gimana ke pembaca. Saat blog sudah tergrooming dengan baik, traffic makin oke dan segmen & engangement audience juga makin oke, brand bisa lebih aware dengan kehadiran blogmu.